Selasa, 30 November 2021

RESUME ARTIKEL BAHASA ARAB

RESUME ARTIKEL BAHASA ARAB

DARI LINK https://www.islamweb.net/ar/article/217645/

 

Artikel ini menceritakan mengenai upaya orang-orang Musyrik mencoba untuk memikat Nabi SAW, dengan uang, kehormatan dan kerajaan, dengan maksud agar Nabi berpaling dari perintah Allah SWT dan berhenti berdakwah. Akan tetapi hal tersebut tidak berhasil, karena seperti yang kita ketahui bahwasannya Nabi memiliki pendirian yang kuat (teguh iman) dalam menghadapi godaan dan iming-iming.

Para pemimpin Quraisy berupaya untuk tawar-menawar dengan beliau dan menghentikan Nabi  dalam menyampaikan agama Allah SWT. Nabi bersabda "Saya datang kepadamu untuk meminta uangmu, atau kehormatan di antara kamu, atau raja atasmu, tetapi Allah mengutus aku kepadamu sebagai utusan, dan menurunkan sebuah kitab kepadaku, dan memerintahkanku untuk menjadi kabar gembira dan pemberi peringatan bagimu, maka aku menyampaikan kepadamu pesan-pesan Tuhanku, dan menasihatimu, maka jika kamu menerima dariku apa yang telah aku bawakan untukmu, maka itu adalah rejekimu di dunia ini. Dan jika Anda mengembalikannya kepada saya, saya akan bersabar dengan perintah Allah sampai Allah memutuskan antara Anda dan saya, atau sebagai dia, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, berkata لم ".

Kemudian disebutkan ada banyak dan beragam metode kaum musyrik dalam upaya untuk menghentikan dan menghilangkan tugas Nabi, di antaran metode-metode yang mereka gunakan yakni dengan godaan, rayuan, ancaman, argumentasi, negosiasi, tawar menawar, dan meminta tanda dan mukjizat, akan tetapi semuanya gagal. 

Allah memerintahkan Nabi untuk membimbing mereka, dengan berbicara kepada mereka dan berdebat dengan mereka dengan kebijaksanaan dan kebaikan, dan membacakan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan metode dakwah al-hikmah, mauidhoh hasanah (nasehat yang baik), dan mujjadalah (berdebat dengan dengan cara yang baik). sebagaimana yang elah Allah perintahkan di dalam QS. An-Nahl: 25.

 



SYAFI’ATUL AMALAH – 04020120065

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM – A4

TUGAS REVIU ARTIKEL  BAHASA ARAB

Senin, 29 November 2021

Takhrij Hadits Riwayat Muslim No. 307 - Dakwah Terbuka Nabi dan Penolakan dari Abu Lahab


 

A.           Hadist Riwayat Muslim No. 307

و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } وَرَهْطَكَ مِنْهُمْ الْمُخْلَصِينَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ يَا صَبَاحَاهْ فَقَالُوا مَنْ هَذَا الَّذِي يَهْتِفُ قَالُوا مُحَمَّدٌ فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ فَقَالَ يَا بَنِي فُلَانٍ يَا بَنِي فُلَانٍ يَا بَنِي فُلَانٍ يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ بِسَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ قَالُوا مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ قَالَ فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ تَبًّا لَكَ أَمَا جَمَعْتَنَا إِلَّا لِهَذَا ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَقَدْ تَبَّ كَذَا قَرَأَ الْأَعْمَشُ إِلَى آخِرِ السُّورَةِ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ صَعِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ الصَّفَا فَقَالَ يَا صَبَاحَاهْ بِنَحْوِ حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ وَلَمْ يَذْكُرْ نُزُولَ الْآيَةِ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ }

Artinya: "Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin al-'Ala telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari al-A'masy dari Amru bin Murrah dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas dia berkata, "Tatakala turun ayat: '(Berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat yaitu kaum kerabatmu yang benar-benar ikhlas) ' (Qs. Asy Syu'ara`: 214). Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan menaiki Bukit Soffa lalu berteriak seolah-olah memanggil: 'Wahai para sahabatku'. Sebagian mereka tertanya-tanya siapakah yang berteriak. Sebagian mereka menjawab, 'Muhammad'. Maka mereka pun mulai berkumpul ke arah beliau. Lalu Beliau pun bersabda: "Wahai Bani Fulan! Bani Fulan! Bani Fulan! Wahai Bani Abdul Manaf! Wahai Bani Abdul Muththalib! ' Maka mereka semua pun menghampiri beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudan bersabda: "Apakah pendapat kamu seandainya aku kabarkan kepada kamu bahwa satu pasukan tentera berkuda akan keluar melalui kaki bukit ini untuk menyerang kamu. Apakah kamu akan mempercayaiku? ' Mereka menjawab, 'Kami tidak pernah mendapati kamu berdusta'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda lagi: 'Sesungguhnya aku membawa berita ancaman kepadamu tentang azab yang pedih'." Ibnu Abbas berkata, "Abu Lahab mencela, 'Celaka kamu! Apakah kamu minta kami berkumpul hanya untuk mendengar perkara ini (yaitu memberitahu berita ancaman azab).' Lantas Abu Lahab berlalu pergi. Maka turunlah surat: '(Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan celaka) ' Demikianlah al-A'masy membaca hingga akhir surat." Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib dia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dari al-A'masy dengan sanad ini. Dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam naik ke atas Shafa pada suatu hari seraya berkata, 'Wahai sahabat-sahabatku', sebagaimana hadits Abu Usamah, dan dia tidak menyebutkan turunnya ayat, '(Berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat)."

B.             Sanad

Jalur sanad ke - 1

Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Muthallib bin Hasyim - Sa'id bin Jubair bin Hisyam - Amru bin Murrah bin 'Abdullah bin Thariq - Sulaiman bin Mihran Urutan Sanad Hammad bin Usamah bin Zaid - Muhammad bin Al 'Alaa' bin Kuraib.

Jalur sanad ke - 2

Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Muthallib bin Hasyim - Sa'id bin Jubair bin Hisyam - Amru bin Murrah bin 'Abdullah bin Thariq - Sulaiman bin Mihran - Muhammad bin Khazim - Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Ibrahim bin 'Utsman.

Jalur sanad ke - 3

Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Muthallib bin Hasyim - Sa'id bin Jubair bin Hisyam - Amru bin Murrah bin 'Abdullah bin Thariq - Sulaiman bin Mihran - Muhammad bin Khazim - Muhammad bin Al 'Alaa' bin Kuraib.

C.           Perawi

Nama lengkap Muhammad bin Al 'Alaa' bin Kuraib. Dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua. Kuniyah Abu Kuraib. Negeri semasa hidup di Kufah. Wafat pada tahun 248 H.

D.           Hadits Penguat

Salah satu hadits penguatnya yakni Hadist Bukhari No. 4397

وَهُوَ الْأَثَرُ الْمَشْهُورُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ أَيْضًا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ شُعْبَةَ وَسُفْيَانَ عَنْ حَبِيبٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ

Artinya: "Dan ia merupakan atsar yang masyhur dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Barangsiapa menceritakan hadits dariku, yang mana riwayat itu diduga adalah kebohongan, maka dia (perawi) adalah salah satu dari para pembohong tersebut." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Syu'bah dari al Hakam dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Samurah bin Jundab. (dalam riwayat lain disebutkan) dan juga telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Syu'bah dan Sufyan dari Habib dari Maimun bin Abu Syabib dari al-Mughirah bin Syu'bah keduanya berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang hal tersebut."

E.            Penjelasan tentang HR. Muslim No. 304

Hadits ini menjelaskan tentang perintah Nabi Muhammad untuk dakwah secara terbuka atau terang-terangan. Dakwah terbuka nabi pertama kali ditujukan kepada keluarga beliau. Kemudian kepada orang-orang terdekat beliau. Dalam berdakwah nabi mengalami berbagai hambatan dan tantangan, salah satunya yakni tantangan dari orang dalam. Abu Lahab ia adalah salah satu paman Nabi Muhmmad yang menentang akan dakwah Nabi Muhammad, Abu Lahab memiliki paras yang tampan, berkulit putih, akan tetapi memiliki akhlak yang buruk (akhlakless).

Namun masih ada paman Nabi yang setia untuk menolong, membela, dan melindungi Nabi Muhammad dari orang-orang yang memusuhi Nabi, beliau adalah Abdul Muntholib. Beliau berjanji tidak akan mengganggu Nabi dalam berdakwah akan tetapi beliau tidak bisa meninggalkan agama yang dianutnya.

Nabi melakukkan dakwah terang-terangan di bukit Shoffa dan disaksikan oleh Bani Fulan, Bani Abdul Muntholib, dan Bani Abu Manaf. Mengapa nabi berdakwah  di atas bukit dan mereka ada di bawah bukit? Hal ini dimaksutkan agar suara Nabi dapat terdengar menyeluruh ke jama’ah. Dan juga hal ini nerupakan salah satu strategi dan metode dalam berdakwah, yakni melalui dakwah bil lisan. Kita ambil sebagai contoh khutbah jum’at. Yangmana khotib berada dia atas mimbar dan jama’ah sholat jum’at duduk mendengarkan khutbah.

Ada beberapa hambatan dan rintangan yang perlu dihadapi da’i dalam berdakwah diantaranya yakni harus memperhatikan situasi dan kondisi saat itu, baik dari sikon sekitar dan sikon dari mad'u sendiri. Semisal kita berdakwah melalui media sosial kita harus siap akan hatters, bulliying, hoax dan lain-lain. Kita harus kreatif dan terus berinovasi dalam berdakwah agar dakwah yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik dan dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Dalam berdakwah diperlukan keuletan, konsisten, dan yang paling utama niat lillahita’ala. 




SYAFI’ATUL AMALAH – 04020120065

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM – A4

TUGAS TAKHRIJ HADITS RIWAYAT MUSLIM NO. 307 - HADITS DAKWAH

Sabtu, 13 November 2021

Warga Diminta Waspadai Banjir Agar Tak Terjadi Korban Jiwa



Kasongan, – Kepala Pelaksanaan BPBD Kabupaten Katingan Robby mengatakan, bencana banjir masih terjadi dan melanda wilayah Kabupaten Katingan. Banjir ini dipengaruhi oleh meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan.

"Dalam beberapa hari terakhir, diakui curah hujan cukup tinggi dan akibatnya air sungai Katingan naik dan meluap, ” Ungkapnya, Jumat (12/11/2021).

Dengan demikian, dirinya mengingatkan masyarakat supaya lebih waspada terhadap ancaman dan dampak banjir yang kini sudah merendam pemukiman warga. Seperti Tumbang Hiran, Kecamatan Marikit dan Katingan Tengah.

"Resiko meningkatnya debit air bisa saja terjadi dengan tiba-tiba. Maka, saya minta masyarakat waspada dan siaga menjaga keselamatan diri dan menghindari peristiwa kebakaran, arus pendek dan kasus tenggelam, ” Sebutnya.

Menurutnya, pihaknya tidak ingin terjadi kejadian pada periode September 2021 silam. Ada dua warga yang meninggal akibat sakit yang diderita dan dua warga yang meninggal akibat korsleting atau arus pendek listrik ketika bencana banjir terjadi di periode September.

Sementara itu, Camat Marikit Siuntas mengatakan, bencana banjir sudah merendam pemukiman warga terutama di RT 01 dan 02 Desa Tumbang Hiran Kecamatan Marikit. Akibatnya, aktivitas masyarakat setempat menjadi terganggu atau terhambat.

"Banjir ini telah menggenangi pemukiman warga. Bahkan, sekitar debit air pada bantaran sungai Katingan juga mengalami kenaikan, ” Jelasnya.

Diperkirakan, pemukiman warga di bantaran sungai yang terendam mencapai 40 persen. Kondisi terkini, ketinggian air sudah mencapai lutut orang dewasa.

"Banjir ini merupakan kiriman dari daerah hulu Katingan. Faktor penyebabnya karena intensitas hujan yang terjadi, ” Bebernya.

Dirinya berharap supaya banjir ini dapat segera surut dan aktivitas serta mata pencaharian masyarakat dapat kembali normal.



NAMA : MOHAMAD RIZAL

KELAS : A4

NIM : 04040120099

Jumat, 12 November 2021

TRADISI KUPATAN BUDAYA PANDALUNGAN KABUPATEN JEMBER




Jember -  Di kota Jember yang terkenal sebagai salah satu kota dengan tradisi pandalungan. Banyak kisah syawalan yang melingkupi masyarakatnya, diawali dengan sholat Idul Fitri, ziarah makam, slametan syawal biasanya dilakukan setelah sholat Idul Fitri di surau atau masjid, tradisi terarter yaitu tradisi dengan membawa nasi dan lauk pauknya kepada sanak family yang didahului dengan tradisi tompokan yaitu mengumpulkan uang untuk membeli sapi untuk disembelih dan dagingnya dibagikan kepada anggota. Arti dan makna ketupat, kupat berasal dari kata ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Mengandung makna filosofis bahwa manusia diperintahkan untuk mengakui kesalahannya, saling bermaafan dengan ditandai tradisi berkunjung saling silaturohim ke rumah sanak keluarga dan tetangga saat Hari Raya Idul Fitri atau dalam bahasa pandalungan lebih dikenal dengan nama istilah unjung-unjung.

Makna yang terkandung adalah bahwa umat muslim mengharapkan datangnya cahaya dari Allah SWT yang senantiasa membimbing mereka pada jalan kebenaran yang diridhoi oleh Allah SWT. Ketupat berbentuk persegiempat, menjadikan simbol / perwujudan cara pandang kiblat papat lima pancer yang menegaskan adanya keharmonisan dan keseimbangan alam.

Dan semua tradisi dilalui masyarakat Jember, setelah H plus 7 acara Syawalan / telasan Id / hari raya Idul Fitri masyarakat Jember masih memiliki satu tradisi yaitu telas lontong atau istilah kerennya tradisi kupatan. Apa Itu Kupatan? kupatan merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa pada hari ke 8 setelah hari raya Idul Fitri, yakni membuat ketupat dan berdoa bersama di mushola dan masjid.

Arti dan makna ketupat, kupat berasal dari kata “ngaku lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Mengandung makna filosofis bahwa manusia diperintahkan untuk mengakui kesalahannya, saling bermaafan dengan ditandai tradisi  berkunjung saling silaturohim ke rumah sanak keluarga dan tetangga saat Hari Raya Idul Fitri atau dalam bahasa pandalungan lebih dikenal dengan nama istilah unjung-unjung.

Sebagai akhir tanda kupatan di Kabupaten Jember juga dilaksanakan tradisi pawai pegon atau wagon, yaitu gerobak yang terbuat dari kayu memiliki roda dan ditarik dengan dua ekor kuda atau sapi yang biasanya digunakan oleh penduduk lokal sebagai alat angkut hasil pertanian. Pawai pegon atau wagon tersebut dilaksanakan di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Pawai yang dilakukan pemilik pegon atau wagon ini menyusuri persawahan dan finish di pantai Watu Ulo.

Demikian dari seluruh budaya syawalan di kota Jember yang terasimilasi, membaur menjadi satu budaya baru terus beradaptasi ditengah budaya modern, dan menjadi budaya baru yang disebut budaya pandalungan.



Nama : shinta purnama sari 

NIM : 04040120114

Tradisi Sembelih Kerbau, Ruwah Desa Puri Mojokerto



Indonesia adalah negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Setiap suku, setiap daerah, pasti berbeda tradisi dan budayanya. Salah satu tradisi yang hingga saat ini masih sering di jumpai adalah tradisi ruwah desa. 

Ruwah desa adalah sebuah tradisi yang diadakan dengan berbagai macam kegiatan sebagai rasa syukur, mengenang, dan mendoakan para leluhur sebuah daerah. Salah satu daerah itu adalah Desa Puri, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.

Warga Desa Puri memiliki sebuah tradisi ruwah desa yang setiap tahunya pasti dilaksanakan pada bulan Ruwah atau dalam agama Islam dikenal dengan bulan Sya'ban, sebelum Romadhon.

Sama halnya dengan daerah lain. Dalam perayaannya, Kepala Desa Puri biasanya mengajak warga berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan. Kegiatan ruwah Desa Puri biasanya adalah dengan mengadakan syukuran atau warga setempat menyebutnya "bancaan."

Syukuran tersebut diadakan di pohon beringin besar yang berada di Desa Puri tersebut. Pohon tersebut dikenal warga dengan nama "Gelang". Pohon tersebut adalah salah satu pohon yang dikeramatkan oleh warga Desa Puri, tapi juga ada beberapa pohon lain yang sering juga di gunakan untuk syukuran. Memang warga Desa Puri hingga saat ini masih sangat kental dengan tradisi tradisi yang dijalankan oleh leluhur desa, tak jarang dalam acara apapun, ruwah desa, pernikahan, atau mengadakan pertunjukan, warga Desa Puri tidak pernah lupa untuk syukuran "bancaan" pada pohon pohon besar yang dikeramatkan. Gelang selain dikeramatkan oleh warga Desa Puri, juga ada daerah lain yang sering mengunjungi gelang untuk melakukan sebuah ritual. Bahkan saat ini Gelang juga menjadi destinasi tempat yang sering dikunjungi walaupun hanya sekedar bermain atau mampir, namun tetap dengan menjaga tata krama yang ada.

Setelah syukuran, yang menjadi pembeda warga Desa Puri dengan daerah lainnya adalah pada saat ruwah desa, warga Desa Puri wajib menyembelih kerbau. "Setiap tahun harus ada 1 kerbau yang di sembelih untuk acara ruwah desa, hal itu sudah turun temurun, jadi kita sebagai penerus harus melaksanakan itu. Tidak boleh tidak." Tutur Waluyo, warga Desa Puri.

Penyembelihan kerbau dilaksanakan di balai desa Puri, dengan disaksikan petinggi desa, tetua desa, dan warga setempat. Daging kerbaunya biasanya dibagi pada warga satu desa, kemudian sisanya dimasak oleh pemerintah desa pada saat acara untuk makan bersama. Dan darah dari kerbau tersebut di buang atau dialirkan pada sebuah tempat yang disebut oleh warga Desa Puri adalah sumber air. "Darah kerbau itu harus di buang di sumber, tujuannya agar sumber air tersebut tetap mengalir dan berguna untuk warga Desa Puri." Tutur Sutarno, sesepuh Desa Puri. Sumber yang dimaksud berada kurang lebih sekitar 1 kilo dari daerah pohon besar "Gelang".

Dalam lingkungan warga Desa Puri juga beredar mitos yang sangat dipegang dan dipercaya, yaitu jika dalam satu tahun warga Desa Puri tidak menyembelih kerbau untuk ruwah desa, maka warga Desa Puri akan mendapatkan wabah. Hal itu juga yang melatar belakangi tradisi ruwah desa dengan menyembelih kerbau berkembang hingga zaman yang sudah modern seperti ini.

Rangkaian acara ruwah Desa Puri tidak berhenti pada penyembelihan kerbau saja, tapi malam hari biasanya acaranya adalah dimulai dengan istighosah bersama seluruh warga desa Puri di balai desa, Setelah istighosah bersama biasanya pemerintah desa juga menggelar pertunjukan wayang kulit. Namun 2 tahun terakhir pertunjukan tersebut tidak ada, dikarenakan pandemi covid-19.



Qurrotul Aini - 04020120058

Senin, 08 November 2021

Pesona Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang


 

Jombang (7/11) - Pondok Pesantren Mamba'ul Maaeif atau sering disebut dengan Pondok Pesantren Denanyar merupakan Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH. bisri Syansuri pada tahun 1917. KH. Bisri Syansuri lahir di kota Patih, Jawa Tengah. 

Pondok Pesantren Denanyar awalnya merupakan Pondok Pesantren khusus santri pria, karena pada saat itu tidak lazim perempuan mondok. Pada tahun 1921, belau mendirikan Pondok Pesantren untuk santri putri memalui restu dari guru beliau. Kemudian pada tahun1923, beliau mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, yang awalnya bernama Mamba'ul Huda namun kemudian berganti nama menjadi Mamba'ul Ma'arif. Dari situlalah,  dikenal sebagai Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif.

Kemudian ada tahun 1925, berdirilah Madrasah Tsanawiyah Putra yang kemudian disusul pada tahun 1958 dengan berdirinya Madrasah Tsanawiyah Putridi tahun 1958.

Kemudian tahun 1962 dibuka Madrasah Aliya Putra Putri dengan Nomer SK Menteri RI No. 24 Tahun 1969, dan pada tahun ini ada perubahan status yang awalnya swasta menjadi negeri yakni MTsM dan MAN. Dan dalam Perkembangannya kini berdiri SMK Bisri Syansuri pada tahun 1999.

Selain itu juga di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif juga mendirikan institusi pendidikan penunjanh nilai keislaman, yang diaplikasikan dalam ilmu pengetahuan. Diantaranya Taman Pendidikan Al Qur'an (TPQ), Madrasah Diniyah,  dan Lembaga Bahasa Arab Inggris. 

"Saya sudah 6 tahun belajar Diniyah, ilmu yang saya dapat semoga bisa memberikan manfaat bagi saya dan orang-orang, semoga barokah di dunia dan akhirat" ujar Zidni alumni Madrasah Diniyah. 

Kemudian saya juga mewawancarai Zaim seorang alumni LBAI. Zaim mengungkapkan bahwa dengan belajar di LBAI memberikan banyak sekali manfaat. Berikut ungkapan Zaim "Dengan belajar bahasa Asing di LBAI saya dapat banyak manfaat, diantaranya saya jadi faham akan pentingnya bahasa asing dikehidupan kita".



NAMA : SYAFI'ATUL AMALAH

NIM : 04020120065

PRODI : KPI

KELAS : A4

Artikel mengenai Metode Dakwah Mauidhoh Hasanah



Hadits Riwayat Muslim No: 5048

و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ شَقِيقٍ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُنَا كُلَّ يَوْمِ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّا نُحِبُّ حَدِيثَكَ وَنَشْتَهِيهِ وَلَوَدِدْنَا أَنَّكَ حَدَّثْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ فَقَالَ مَا يَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ إِلَّا كَرَاهِيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهِيَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengkhabarkan kepada kami Jarir dari Manshur. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar, teks hadits miliknya, telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Iyadh dari Manshur dari Syaqiq Abu Wa`il berkata: Abdullah menyampaikan nasehat untuk kami setiap hari kamis lalu seseorang berkata padanya: Hai Abu Abdurrahman, kami menyukai penyampaianmu. Kami ingin kau menceritakan kepada kami setiap hari. Abdullah berkata: Tidak ada yang menghalangiku untuk menceritakan kepada kalian selain karena aku tidak ingin membuat kalian jemu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mengatur (penyampaian) nasehat pada kami dalam beberapa hari karena tidak mau membuat kami jemu.”

Secara Etimologi Al-mauizah Al-hasana terdiri dari dua kata, yaitu mau'izhah dan hasanah. Kata mau'izhah berasal dari kata wa'adza-ya'idzuwa'dzan-„idzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Pengertian nasihat dalam Kamus Bahasa Indonesia balai pustaka adalah memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakkan hati. Sedangkan menurut istilah adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat/ menyampaikan ajaran Islam dengan rasa penuh cinta/ kasih sayang, sehingga ajaran Islam bisa mengena (menyentuh/ menancap) di hati mad’u.

Nasihat yang baik menurut Quthub sebagaimana yang dikutip oleh Muhazzab Said adalah nasihat yang dapat masuk kedalam jiwa manusia serta dapat menyejukkan hati, bukan nasihat yang dapat memerahkan telinga karena penuh dengan kecaman dan caci maki yang bukan pada tempatnya atau nasihat yang baik bukan dengan membuka dan membeberkan aib dan kesalahan orang lain yang terjadi karena tidak mengerti atau karena dengan motif yang baik. Nasihat yang baik adalah nasihat yang lemah lembut yang dapat melunakkan hati yang keras dan menyejukkan hati yang gersang. 

Mauizah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah nabi, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.  

Metode-metode yang digunakan dalam maudhoh hasanah yakni, khitobah (lisan) artinya dalam penyampaian dakwah disampaikan secara lisan. Kemudian ada khitabah (tulisan), yakni berdakwah dalam bentuk tulisan, misalnya melalui buku. Dari beberapa defenisi di atas, Al-mauizah al-hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam beberapa bentuk, yakni:

1. Nasihat atau petuah (panutan)

Pokok permasalahan yang dihadapi seorang da’i dalam menyampaikan nasihat adalah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif dalam mengahadapi golongan dalam situasi dan kondisi tertentu. Ringkasnya seorang da’i menginginkan setiap nasihatnya dapat meresap kedalam hati mad’unya. 

Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide-ide yang dikehendakinya seperti terdapat dalam QS. 31:13-19. Tetapi nasihat yang dikemukakannya itu tidak banyak manfaatnya jika tidak dibarengi dengan contoh teladan dari pemberi atau penyampai nasihat, dalam hal pribadi Rasulullah. Pada diri beliau telah terkumpul segala macam keistimewaan, sehingga orang-orang yang mendengar ajaran-ajaran al-Qur’an melihat penjelmaan ajaran tersebut dalam dirinya, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk meyakini keistimewaan dan mencontoh pelaksanaannya. 

2. Wasiyat 

Washiyah berarti pesan atau perintah tentang sesuatu. Kegiatan menyampaikan washiyah disebut taushiyah. Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata Washa-Washiya-Washiatan yang berarti “pesan penting berhubungan dengan suatu hal”. Sedangkan pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah ucapan seorang da’i berupa pesan penting dalam upaya mengarahkan (taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi (amran Sayaqa Mua’yan) yang bermanfaat dan bermuatan kebaikan.

3. Kisah-kisah Nabi

Kisah-kisah dalam al-Qur’an berkisar pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dengan menyebut pelakupelaku dan tempat terjadinya (seperti kisah nabinabi), peristiwa yang telah terjadi dan masih dapat berulang kejadiannya, atau kisah simbolik yang tidak menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi, namun dapat saja terjadi sewaktu-waktu.

4. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir); dan wasiat (pesan-pesan positif).

Tabsyir adalah memberikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya berupa berita-berita yang menggembirakan orang yang menerimanya, seperti berita tentang janji Allah berupa pahala dan surga bagi orang yang selalu beriman dan beramal saleh (Aziz, 2009: 26). Secara singkat tabsyir mempunyai tujuan untuk menguatkan dan memperkokoh keimanan, memberikan harapan, menumbuhkan semangat beramal, dan menghilangkan sifat keragu-raguan. 

Kebalikan dari tabsyir adalah tandzir yaitu menyampaikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya peringatan atau ancaman bagi orang-orang yang melanggar syariat Allah SWT. Tandzir diberikan dengan harapan orang yang menerimanya tidak melakukan atau menghentikan perbuatan dosa. 



SYAFI’ATUL AMALAH – 04020120065

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM – A4

TUGAS HADITS DAKWAH

Jumat, 05 November 2021

Bayu Putra: Jurnalis Harus Lebih Kreatif dan Produktif

Sidoarjo - Di era pandemi covid-19 mengingatkan bahwa pers harus mampu beradaptasi dengan cepat dan inovatif dalam menghadapi era pandemi ini. Selain itu, jurnalisme harus dijalankan secara bijak dan mempertimbangkan segala dampak yang ditimbulkan.

Mempersiapkan fisik dan mental menjadi sesuatu yang penting bagi seorang jurnalis, karena menjadi jurnalis tidak hanya sebagai notulen saja. “Jurnalis harus kaya wawasan selain tentu memiliki etika tentang jurnalistik itu sendiri, karena tidak sekedar menyampaikan tapi di situ ada makna edukasi’’ ujar Abdul Halim saat menyampaikan sambutan Workshop Jurnalistik, yang ditayangkan secara virtual melalui zoom meeting pada Kamis (28/10/2021).

Bayu mengatakan bahwa mencari berita ibaratkan jurnalis bak seorang koki, bahan belanjaan yang dicari koki ibarat berita yang sedang diliput jurnalis, maka dari itu perlunya keseimbangan agar mendapat berita yang baik dan bisa diterima masyarakat.

Lebih lanjut, Bayu mengungkapkan jurnalistik akan selalu dinamis, teknik penulisam bisa dijadikan pengembangan mata kuliah dengan membandingkan media cetak dan online. Bagaimana mereka menyajikan tulisan. Membandingkan bukan mencari siapa yang benar tapi untuk dapat mengetahui karakter – karakter dari berbagai media.

“Memperbanyak praktik daripada teori terutama untuk desain. Perlu disediakan lab untuk mendesain, disediakan berbagai software. Perlu memberikan tugas kontek jurnalistik yang bisa diterbitkan secara berkala. Ilmu untuk menyebarkan konten karena audien perlu mendapat konten tersebut. Bisa dimasukkan beritanya ke Website KPI. Selain itu, mahasiswa juga perlu melakukan liputan berita dengan deadline agar bisa melatih kecepatan dan ketepatan,’’tambah Iwan Iwe dan Bayu putra.



Penulis :

Nama   : Mohamad Rizal

Nim      : 04040120099

Kelas    : A4

Prodi    : KPI

Bayu Putra : Pandemi Covid-19 Menuntut Jurnalis Agar Lebih Kreatif


Mojokerto - Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, seorang jurnalis dituntut memiliki kreatifitas tinggi dalam mencari sumber informasi. Pasalnya, sistem liputan menjadi serba terbatas.

Hal itu disampaikan Bayu Putra, Asisten Redaktur Jawa Pos Biro Jakarta saat Workshop Jurnalistik yang digelar Tim Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya, Kamis (28/10/2021).

Menurut Bayu, resiko terpapar Covid-19 bagi jurnalis sangat tinggi. Sebab, jurnalis memiliki cara kerja yang bersinggungan secara langsung dengan banyak orang atau narasumber.

Oleh karena itu, ungkap dia, banyak lembaga negara yang menerapkan sistem liputan secara virtual melalui video conference interaktif ataupun YouTube. "Jurnalis harus kreatif mencari sumber informasi karena sistem liputan yang serba terbatas," ungkap Bayu.

Selain itu, lanjut Bayu, menjadi seorang jurnalis diperlukan fisik dan mental yang kuat. Apalagi, harus melakukan peliputan di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. "Sebagian harus tetap turun ke lapangan, bahkan berkerumun sehingga resiko terpapar Covid-19 tinggi," ujarnya.

Bayu menegaskan, bahwa tugas seorang jurnalis adalah bertanya dan mengklarifikasi. Namun tidak hanya itu saja, tentunya jurnalis juga harus memiliki kemampuan dalam menulis.

Di sisi lain, ia juga menyampaikan bahwa jurnalistik juga akan terus dinamis. Bahkan, kata dia, teknik penulisan juga bisa dijadikan para akademisi untuk pengembangan mata kuliah dengan membandingkan media cetak dan online.

"Bagaimana mereka menyajikan tulisan, membandingkan bukan mencari siapa yang benar tapi untuk dapat mengetahui karakter-karakter dari berbagai media. Pengembangan melalui praktek langsung, mulai dibekali dengan kartu pers yang ditandatangi oleh pak dekan dan bekerja sama dengan dewan pers," tandasnya.

Sebagai informasi, Workshop Jurnalistik tersebut bartajuk “Proses Produksi Berita Dan Desain Media Cetak”. Kegiatan tersebut, dipandu oleh Fikry Zahria Emeraldien, Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Sedangkan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr. H. Abd. Halim, M.Ag menjadi pembuka workshop tersebut. Selain itu, hadir pula dalam kegiatan itu, sebagai pemateri yaitu Desainer Media Cetak dan Content Creator, Iwan Iwe.




Tentang Penulis:

Nama : Citra Amalya Safitri 

Nim : 04040120082

Kelas : A4

Prodi : KPI


Workshop Penguatan Kompetensi Jurnalistik Media Cetak Bagi Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya


Dalam Workshop Penguatan Kompetensi Jurnalistik Media Cetak Bagi Mahasiswa Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Forum workshop jurnalistik adalah salah satu urat nadi pengembangan islam dan di fakultas dakwah. Beliau berterima kasih kepada seluruh tim dan dosen yang terus berikhtiar untuk memperkuat kompetensi pengetahuan dan skill khususnya mahasiswa kpi. 

Berbicara jurnalistik, sesungguhnya memiliki cantolan dan pijakan yangg kuat secara normative dan historis. Surat Al - Alaq merupakan pijakan bagi kita umat Islam agar menyadari bahwa allah telah memberikan seperangkat instrumen untuk mentransformasikan nilai keislaman dan kemanusiaan, ke public melalui pena. Allah memerintahkan untuk membaca. 

Oleh karena itu, prodi KPI menjadi urat nadi penting di lembaga FDK untuk mengejawantahkan dan mewujudkan perintah Allah kepada kita, secara tidak langsung akan menjadi jurnalis muslim. Sumber pengetahuan tidak pernah habis untuk ditulis, apalagi tentang kebesaran Allah tentang alam beserta isinya. Satu kewajiban dan

Menjunjung tema “Proses Prosuksi Berita Dan Desain Media Cetak”, workshop tersebut dipandu oleh Fikry Zahria Emeraldien, S.I.Kom.,M.A. Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam, dibuka oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr. H. Abd. Halim, M.Ag. dan juga dihadiri oleh dua pemateri yaitu  Iwan Iwe selaku desainer media cetak dan content creator, Bayu Putra selaku asisten redaktur Jawa Pos. Dan juga dihadiri oleh Mahasiswa KPI UINSA. 

Menurut Dekan, Dr. H. Abd. Halim, M.Ag. Berbicara jurnalistik sesungguhnya memiliki cantolan dan pijakan yangg kuat secara normative dan historis. Surat Al - Alaq merupakan pijakan bagi kita umat Islam agar menyadari bahwa allah telah memberikan seperangkat instrumen untuk mentransformasikan nilai keislaman dan kemanusiaan, ke public melalui pena.

Menurut Bayu Putra, Tugas wartawan adalah bertanya, mengklarifikasi. Bedanya terdapat pada jenis narasumber yang membawa konsekuensi cukup banyak untuk jurnalis. Tidak hanya itu jurnalis juga harus mempunyai kemampuan menulis dan juga menjaga fisik dan mental yang kuat.

Salah satu tantangan seorang jurnalis yang dijelaskan oleh Bayu Putra adalah mewawancarai banyak narasumber dalam waktu bersamaan. Tentu hal ini memerlukan konsentrasi dan kecekatan agar mendapat hasil maksimal dari banyaknya narasumber

Hal lain yang harus difikirkan seorang jurnalis adalah desain dalam media cetak. Desain halaman khususnya penting disiapkan karena agar pembaca dapat menikmati desain dan juga bisa menarik pembaca.

Dalam kesempatan workshop tersebut, Iwan Iwe menghimbau agar Mahasiswa memperbanyak praktik daripada teori terutama untuk desain. Untuk fasilitas Prodi perlu disediakan lab untuk mendesain, dan juga disediakan berbagai software. Ilmu untuk menyebarkan konten karena audien perlu mendapat konten tersebut. Mahasiswa juga perlu melakukan liputan berita dengan deadline yang ketat guna melatih kecepatan dan ketepatan. Lalu hasil berita bisa dimasukkan ke Website KPI.



NAMA : SHINTA PURNAMA SARI 

NIM     : 04040120114

KELAS : A4

PRODI : KPI

Dekan FDK: Berbicara Jurnalistik Harus Miliki Pijakan Normatif dan Historis



Kamis (28/10) Abdul Halim selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunuikasi (FDK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya membuka Workshop Jurnalistik yang bertajuk  “Proses Produksi Berita dan Desain Media Cetak”. Dalam Pembukaanya Halim mengatakan bahwa ketika berbicara prihal jurnalistik harus memiliki pijakan yang kuat baik secara normatif maupun historis.

“secara normatif seperti pada surat Al Alaq, khususnya kita sebagai umat Islam menyadari bahwa Allah SWT telah memberikan seprangkat instrument untuk mentranformasikan nilai-nilai keislaman, kemanusiaan maupun nilai-nilai yang lain kepada publik melalui pena,” ujarnya lelaki berkopyah hitam tersebut.

Lelaki berpakaian batik tersebut juga menambahkan penjelasan bahwa di Surat Al Alaq, Allah SWT memerintahkan secara tegas kepada mahluknya untuk membaca ayat-ayat secara tertulis, baik secara empiris atau qauniah. Karna Allah SWT mengajarkan kepada mahluknya dengan prantara pena.

“Apalagi makna pena kalau bukan alat penting untuk menggoreskan tulisan atau pesan-pesan yang mengandung sepirit agama,” tambahnya.

Selain itu Dekan FDK tersebut dalam penjelasannya juga menjelaskan bahwa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) merupakan bagian penting yang mewujudkan jurnalis muslim yang mensyiarkan dengan tulisan mengenai kebesaran Allah SWT. yang tidak akan ada habisnya, dan juga mengandung pesan kemanusiaan. Menjadi jurnalis muslim adalah kesempatan untuk berdakwah dengan menggunakan tulisan.

Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) mengundang pegiat awak media yakni Bayu Putra dari Asisten Redaktur Jawa Pos dan Iwan Iwe Desainer Media Cetak dan Konten Kreator sebagai narasumber dalam workshop jurnalistik yang diadakan. Kedua narasumber tersebut diundang dikarenakan sesuai dan sangat berkaitan dalam proses perkembangan prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi tersebut juga menyatakan bahwa setelah workshop jutnalisitik diadakan, ada sebuah hasil yang akan dihasilkan oleh mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sebagai bukti tanggung jawab dan pengimplementasian dari materi yang disampaikan dalam workshop.



Nama : Qurrotul 'Aini

Nim : 04020120058

Prodi/Kelas : Komunikasi dan Penyiaran Islam/A4

Suka Duka Liputan di Istana Negara

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam menyelenggarakan workshop bertajuk “Proses Produksi Berita dan Desain Media Cetak”. Workshop yang dihadiri oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini berlangsung pada 28 Oktober 2021 melalui zoom meeting. 

Acara tersebut juga mengundang dua narasumber hebat, yaitu Bayu Putra dan Iwan Iwe. Bayu merupakan seorang jurnalis yang pernah bekerja di istana Negara. Sedangkan, Iwan adalah desainer handal yang juga pernah menjadi seorang layouter. 

Pada kesempatan itu, Bayu membagikan pengalamannya menjadi jurnalis istana Negara. Dengan judul “Hari – hari bersama presiden, kisah liputan media cetak di Istana Presiden”, ia mengawali pemaparannya. 

Bayu mengibaratkan dalam pencarian berita, jurnalis bak seorang koki. Bahan belanjaan yang dicari koki ibarat berita yang sedang diliput oleh jurnalis. Perlu adanya kesesuaian agar tercipta berita yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat. 

“Tugas wartawan adalah bertanya, mengklarifikasi. Bedanya terdapat pada jenis narasumber yang membawa konsekuensi cukup banyaj untuk jurnalis”, ujar pria yang sudah melepas masa lajangnya tersebut. 

Bayu menjelaskan bahwa menjadi jurnalis istana bukan merupakan perkara mudah. Pasalnya, narasumber yang harus ia hadapi merupakan orang - orang penting yang berpengaruh pada negara. 

Dalam meliput berita di istana, terdapat beberapa kekhususan yang harus dipatuhi oleh jurnalis. Bayu menyebutkan setidaknya ada 4 hal di antaranya, protokoler, ID pers, outfit, dan perilaku. 

Ada pula beberapa tantangan yang harus dilalui seorang jurnalis ketika meliput di istana negara. Bayu bercerita bahwa seorang jurnalis dituntut untuk harus selalu siap siaga dan fleksibel dalam melakukan liputan. 

Selain itu, pria yang juga menjadi jurnalis di Jawa Pos ini menjelaskan hal penting yang harus dilakukan oleh jurnalis istana negara. Berdasarkan pengalamannya, ia harus datang lebih awal dari jadwal agar dapat melakukan persiapan yang matang. Ia juga menyinggung tentang fisik yang harus prima, “Kegiatan di istana itu sangat padat, oleh karena itu jurnalis harus selalu dalam fisik yang bagus.”, ucapnya. 

Menjadi jurnalis istana negara ada suka dukanya. Setelah menjelaskan panjang lebar mengenai dukanya, ia juga membagi pengalaman sukanya menjadi jurnalis istana. Dengan menjadi jurnalis istana, Bayu sering bertemu dengan orang – orang yang berpengaruh. 

Selain itu, ia juga kerap kali meliput di luar kota, mengikuti kemana Presiden pergi. Tidak hanya itu, tentunya Bayu mendapatkan pengalaman berharga yang belum tentu didapatkan oleh jurnalis lain.



Nama   : Alya Nurmaya Putri

NIM    : 04020120035

Kelas   : KPI/A4


Tertarik Menjadi Wartawan di Istana Negara?

Berikut Pengalaman Bayu Putra Seorang Asisten Redaktur Jawa Pos Saat Menjadi Seorang Jurnalis di Istana Negara.











JOMBANG (28/10) - Workshop Jurnalistik KPI kembali digelar oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) dengan tema "Proses Produksi Berita dan Desain Media Cetak". Acara itu diselenggarakan secara online melalui via Zoom meeting pada hari Kamis, 28 Oktober 2021.

Acara itu dihadiri oleh dua narasumber yang sangat luar biasa, yakni Bayu Putra seorang asisten redaktur Jawa Pos dan Iwan Iwe seorang desainer media cetak dan content creator yang dimoderatori oleh Fikry Zahria Emeraldien, S.I.Kom., M.A., dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Acara itu dibuka oleh Dekan FDK Uinsa Dr. H. Abd. Halim, M.Ag. Beliau mengungkapkan bahwa Workshop Jurnalistik KPI merupakan adalah salah satu urat nadi pengembangan Islam dan di Fakultas Dakwah. Beliau berterima kasih kepada seluruh tim dan dosen yang terus berikhtiar untuk memperkuat kompetensi pengetahuan dan skill khususnya mahasiswa.

Bayu menyampaikan bahwa dalam pembuatan atau penulisan berita yang paling dinamis terletak pada bagian pencarian dan dalam pencarian berita yang baik diperlukan cara-cara yang bermacam-macam. Bayu menuturkan bahwasanya liputan di istana negara sama saja prinsipnya liputan di polsek, pemkot, pemkab, tugas seorang wartawan hanya satu yakni bertanya (mengklarifikasi) tidak ada yang lain, hanya saja letak perbedanya terletak pada jenis narasumbernya yang dapat memberi  konsekuensi tambahan yang cukup banyak.

Ada empat kekhususan dasar dalam melakukkan liputan di istana negara, diantaranya protokoler, ID pers, outfit, dan perilaku. Terkait outfit setidaknya ada tiga outfit yang biasa digunakkan oleh seorang jurnalis.

1. PSL = Pakaian Sipil Lengkap, dimulai dari setelan jas dari atas smpek bawah yakni sepatu formal. Misalnya pada acara-acara kenegaraan, seperti upacara hari kemerdekaan atau penerimaan tamu negara.

2. Baju batik lengan panjang = biasa digunakkan saat acara ceremony internal di istana negara dengan tujuan menghormati acara tersebut. Contohnya seperti pelantikan pejabat.

3. Kemeja = digunakkan untuk liputan sehari-hari.

"Prinsip utama liputan di istana negara yang pertama yakni terkait keamanan kepala negara menjadi nomer satu apapun yang terjadi" ujar Bayu. Kemudian, narasumber yang hadir di istana akan menjadi tempat klarifikasi dari hasil reset yang dilakukkan wartawan sebelumnya untuk mencari kebenaran atas isu yang terjadi.

Bayu juga menyampaikan beberapa tantangan yang pernah ia hadapi dalam liputan di istana. Pertama, kita harus cepat memahami semua bidang yang menjadi urusan negara. Kedua, kerap mendapatkan narasumber yang tak terduga, yang kemudian mengakibatkan terjadinya proses riset wawancara yang sangat singkat. Ketiga, sabar menunggu dinamika yang sedang berlangsung, bisa singkat bisa juga sampai berjam-jam. Keempat, berlarian ke kompleks dalam istana dikarenakan adanya agenda presiden yang mendadak. Kelima, mempertahankan posisi saat wawancara doorstop. Keenam, mewawancarai banyak narasumber dalam waktu yang bersamaan, dan tantangan yang lainnya.

Bayu juga menyampaikan bahwa sebagian harus tetap turun ke lapangan, meskipun terjadi adanya kerumunan. Kemudian seorang wartawan dituntut untuk krestif dalam mencari sumber informasi karena adanya sistem liputan yang serba terbatas.

"Menjadi seorang wartawan istana harus bisa melihat bagaimana presiden dan wapres bekerja, juga para pembantunya dalam mengambil kebijakan. Wartawan sebagai representasi kepresidenan. Dan wartawan bukanlah humas bagi seorang presiden." tegas Bayu.




Tentang Penulis 

Nama   :           Syafi’atul Amalah

NIM      :           04020120065

Prodi    :         Komunikasi dan Penyiaran Islam

Kelas    :           A4

Tugas   :           Pengantar Jurnalistik