Senin, 08 November 2021

Artikel mengenai Metode Dakwah Mauidhoh Hasanah



Hadits Riwayat Muslim No: 5048

و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ شَقِيقٍ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُنَا كُلَّ يَوْمِ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّا نُحِبُّ حَدِيثَكَ وَنَشْتَهِيهِ وَلَوَدِدْنَا أَنَّكَ حَدَّثْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ فَقَالَ مَا يَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ إِلَّا كَرَاهِيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهِيَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengkhabarkan kepada kami Jarir dari Manshur. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar, teks hadits miliknya, telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Iyadh dari Manshur dari Syaqiq Abu Wa`il berkata: Abdullah menyampaikan nasehat untuk kami setiap hari kamis lalu seseorang berkata padanya: Hai Abu Abdurrahman, kami menyukai penyampaianmu. Kami ingin kau menceritakan kepada kami setiap hari. Abdullah berkata: Tidak ada yang menghalangiku untuk menceritakan kepada kalian selain karena aku tidak ingin membuat kalian jemu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mengatur (penyampaian) nasehat pada kami dalam beberapa hari karena tidak mau membuat kami jemu.”

Secara Etimologi Al-mauizah Al-hasana terdiri dari dua kata, yaitu mau'izhah dan hasanah. Kata mau'izhah berasal dari kata wa'adza-ya'idzuwa'dzan-„idzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Pengertian nasihat dalam Kamus Bahasa Indonesia balai pustaka adalah memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakkan hati. Sedangkan menurut istilah adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat/ menyampaikan ajaran Islam dengan rasa penuh cinta/ kasih sayang, sehingga ajaran Islam bisa mengena (menyentuh/ menancap) di hati mad’u.

Nasihat yang baik menurut Quthub sebagaimana yang dikutip oleh Muhazzab Said adalah nasihat yang dapat masuk kedalam jiwa manusia serta dapat menyejukkan hati, bukan nasihat yang dapat memerahkan telinga karena penuh dengan kecaman dan caci maki yang bukan pada tempatnya atau nasihat yang baik bukan dengan membuka dan membeberkan aib dan kesalahan orang lain yang terjadi karena tidak mengerti atau karena dengan motif yang baik. Nasihat yang baik adalah nasihat yang lemah lembut yang dapat melunakkan hati yang keras dan menyejukkan hati yang gersang. 

Mauizah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah nabi, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.  

Metode-metode yang digunakan dalam maudhoh hasanah yakni, khitobah (lisan) artinya dalam penyampaian dakwah disampaikan secara lisan. Kemudian ada khitabah (tulisan), yakni berdakwah dalam bentuk tulisan, misalnya melalui buku. Dari beberapa defenisi di atas, Al-mauizah al-hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam beberapa bentuk, yakni:

1. Nasihat atau petuah (panutan)

Pokok permasalahan yang dihadapi seorang da’i dalam menyampaikan nasihat adalah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif dalam mengahadapi golongan dalam situasi dan kondisi tertentu. Ringkasnya seorang da’i menginginkan setiap nasihatnya dapat meresap kedalam hati mad’unya. 

Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide-ide yang dikehendakinya seperti terdapat dalam QS. 31:13-19. Tetapi nasihat yang dikemukakannya itu tidak banyak manfaatnya jika tidak dibarengi dengan contoh teladan dari pemberi atau penyampai nasihat, dalam hal pribadi Rasulullah. Pada diri beliau telah terkumpul segala macam keistimewaan, sehingga orang-orang yang mendengar ajaran-ajaran al-Qur’an melihat penjelmaan ajaran tersebut dalam dirinya, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk meyakini keistimewaan dan mencontoh pelaksanaannya. 

2. Wasiyat 

Washiyah berarti pesan atau perintah tentang sesuatu. Kegiatan menyampaikan washiyah disebut taushiyah. Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata Washa-Washiya-Washiatan yang berarti “pesan penting berhubungan dengan suatu hal”. Sedangkan pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah ucapan seorang da’i berupa pesan penting dalam upaya mengarahkan (taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi (amran Sayaqa Mua’yan) yang bermanfaat dan bermuatan kebaikan.

3. Kisah-kisah Nabi

Kisah-kisah dalam al-Qur’an berkisar pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dengan menyebut pelakupelaku dan tempat terjadinya (seperti kisah nabinabi), peristiwa yang telah terjadi dan masih dapat berulang kejadiannya, atau kisah simbolik yang tidak menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi, namun dapat saja terjadi sewaktu-waktu.

4. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir); dan wasiat (pesan-pesan positif).

Tabsyir adalah memberikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya berupa berita-berita yang menggembirakan orang yang menerimanya, seperti berita tentang janji Allah berupa pahala dan surga bagi orang yang selalu beriman dan beramal saleh (Aziz, 2009: 26). Secara singkat tabsyir mempunyai tujuan untuk menguatkan dan memperkokoh keimanan, memberikan harapan, menumbuhkan semangat beramal, dan menghilangkan sifat keragu-raguan. 

Kebalikan dari tabsyir adalah tandzir yaitu menyampaikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya peringatan atau ancaman bagi orang-orang yang melanggar syariat Allah SWT. Tandzir diberikan dengan harapan orang yang menerimanya tidak melakukan atau menghentikan perbuatan dosa. 



SYAFI’ATUL AMALAH – 04020120065

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM – A4

TUGAS HADITS DAKWAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar